12:00 AM | Posted in
Lionking City. Kalau Anda termasuk penggemar jalan-jalan (travelling), dan jenuh dengan hiruk pikuk wisata massal, Pemuteran layak masuk jadi tujuan wisata selanjutnya. Di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Anda akan enemukan wisata yang menenangkan. Pantai dengan deburan ombak yang sangat jarang. Atau perjalanan spiritual ke beberapa empat sembahyang. Atau Anda cukup tinggal di cottages, dan bermeditasi. Lokasinya yang masih alami bisa embantu Anda mengendurkan saraf setelah sibuk dengan urusan pekerjaan.

Desa Pemuteran berada di Bali utara masuk wilayah Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Kalau datang ke lokasi ini Anda cukup mencari jalan raya Gilimanuk-Singaraja. Desa Pemuteran persis berada di jalur utara jalan ropinsi Bali ini. Untuk mencapai lokasi ini kita bisa lewat jalur alternatif jalur darat melalui Denpasar-Gilimanuk-Singaraja. Atau Denpasar-Singaraja-Gilimanuk. Total jarak dari Denpasar sekitar 200 km. Dari kedua jalur ini butuh waktu sekitar empat jam dari Denpasar. Ada juga yang dari Denpasar ke arah Bedgul lalu lewat sekitar Danau Tamblingan tembus desa eririt lalu ke arah Pemuteran. Kalau lewat daerah ini, bersiaplah mengalami perjalanan naik turun dengan pemandangan alam hijau di tebing dan lembah di kanan kri jalan serta suhu yang dingin. Kalau niatnya jalan-jalan, ini akan menjadi hiburan tersendiri.

Namun, kadang-kadang ada juga yang lewat jalur udara melalui Lapangan Udara Perintis Letkol Wisnu di Gerokgak. Dari lapangan udara perintis ini, jarak Pemuteran hanya sekitar 10 km. Tapi untuk Anda yang datang dari Jawa, sekitar 5 km setelah pelabuhan penyeberangan Gilimanuk, di daerah Cekik berbeloklah ke arah Gilimanuk. Dari pertigaan ini perlu waktu sekitar satu jam menit untuk mencapai lokasi.

Suasana di Desa Pemuteran tidak terlihat layaknya tempat wisata semacam Kuta atau Ubud yang sudah dikendalikan modernisme. Jadi masih khas desa dengan suasana yang tidak terlalu ramai, dengan warga yang sebagian besar adalah petani dan nelayan. Karenanya, kalau sudah masuk daerah Pemuteran, kita harus rajin bertanya dimana tempat wisata Pemuteran yang terkenal dengan ketenangannya itu. Sebab kalau tidak, bisa-bisa Anda akan tersesat. Cukup tanyakan dimana lokasi wisata Pemuteran, dan warga dengan senang hati akan menunjukkan arah tempat ini.

Pesona yang akan Anda temui adalah pantai Pemuteran. Pasirnya memang tidak sebagus putihnya Pantai Kuta atau keemasannya pasir di Sanur dan Nusa Dua. Warna pasir di Pemuteran hitam berkilauan. Tapi bentuk pantai yang menjorok ke daratan, mirip teluk, membuat pemandangan tersendiri yang menarik. Latar belakang bukit, pohon kelapa, dan pohon aren di kejauhan membentuk irama keseimbangan pantai dan darat.

Pantai di Pemuteran panjangnya sekitar enam kilometer. Semuanya landai dengan bentuk teluk itu tadi. Jadi kalau mau, Anda bisa mencumbu pasirnya dengan berjalan-jalan sepanjang pantai. Tidak usah takut dengan teriknya matahari, sebab kalau kepanasan Anda cukup berhenti dan duduk di bawah pohon waru yang menyediakan kursi kayu sepanjang 1,5 meter lengkap dengan sandarannya. Pohon waru dengan kursinya ini tersedia hampir sepanjang pantai.

Karena posisinya yang di bagian utara Bali, ombak di pantai Pemuteran sangat kecil dan jarang. Ombak yang memukul pantai pun hanya pelan. Malah seringkali tanpa ombak, tanpa gelombang. Ketika itu yang ada hanya senyap. Sepi. Dan, karena senyapnya inilah beberapa turis mengaku tertarik mengunjungi Pemuteran. Becky Lipscombe, 31 tahun, dan Rachel Harvey, 38 tahun, misalnya, datang ke Pemuteran semata mencari ketenangannya. Sambil berjemur di kursi pantai mereka membaca buku. Lalu ketika ingin, mereka tinggal berenang di kolam atau di pantai.

Dua warga Inggris itu mengaku sudah sering datang ke Indonesia. Maklum mereka memang wartawan media Inggris, BBC. Bahkan sebelum ke Pemuteran, mereka sempat dua minggu bertugas meliput perang di Aceh. Becky mengaku sudah pernah mengunjungi Pulau Nias, Sumatera Utara dan Bunaken, Manado. Toh, meski terkesan, Becky juga mengaku tidak suka dengan keramaian di tempat-tempat itu. “Terlalu banyak orang yang menawarkan dagangan,” kata Becky.

Di Pemuteran memang tak ada satu pun pedagang acung yang diperbolehkan berjualan. Menurut salah satu tokoh Desa Pemuteran I Wayan Siram, hal ini untuk menghindari terganggunya turis. Sebab dulunya pedagang acung pernah diperbolehkan berdagang, tetapi kemudian pedagangnya semakin hari semakin banyak sehingga lebih banyak pedagang acungnya daripada turis. “Turis kemudian protes karena merasa terganggu dengan banyaknya pedagang tersebut,” kata Siram. Maka, warga desa pemuteran kemudian mengadakan kesepakatan bahwa pedagang acung tidak boleh berjualan di sekitar lokasi pantai. Larangan itu dilakukan semata untuk tetap menjaga image Pemuteran sebagai tempat wisata yang menenangkan itu tadi.

Ketenangan Pemuteran ini juga bisa dirasakan ketika berada di pantai dan melihat ke arah darat. Pemuteran dikelilingi bukit dengan landescap naik turun. Pada bulan ini, bukit-bukit itu masih terlihat menghijau. Kalau kemarau, bukit-bukit itu gersang. Namun, gersangnya bukit menurut Siram juga tetap saja disukai turis, terutama yang mancanegara. “Mungkin karena di negara mereka tidak ada kemarau,” katanya sambil tertawa.

Desa Pemuteran termasuk daerah kering. Mendekati musim kemarau, jalan-jalan di Pemuteran terlihat berdebu dan berkerikil. Apalagi jalan menuju pantai dari jalan utama memang tidak beraspal. Pemuteran, karena jaraknya yang jauh dari pusat pemerintahan kabupaten maupun provinsi bisa dikatakan tertinggal pembangunannya. Ketika musim hujan, terlihat beberapa bagian jalan yang menggenang karena air hujan. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa terperosok masuk ke lubang-lubang kecil di jalanan tersebut.

Meski demikian, ketika sejak 1990 pariwisata mulai menyentuh daerah ini, tidak serta merta masyarakat tergiur untuk berpacu membangun fasilitas-fasilitas pariwisata. Sebagai gambaran, hingga saat ini hanya ada enam pondok menginap (cottages) di daerah tersebut. Itu pun, cottage-cottage, itu harus memenuhi syarat yang ditentukan masyarakat adat. Untuk membangun cottage di Pemuteran, pengusaha wisata di situ harus mempunya lahan minimal seluas 1 hektar. Dari jumlah lahan itu, 60% harus dijadikan halaman, 40% untuk bangunan. Tidak ada hotel layaknya di daerah Kuta atau Sanur dengan bentuk konvensional, kamar berdekatan satu sama lain.

Aturan ini pula yang membuat di Pemuteran tidak ada tempat semacam kafe, bar, restoran, diskotik, pub, dan tempat-tempat yang biasa jadi pelengkap kegiatan wisata. “Bahkan wisatawan pun diberi pilihan apakah mau pakai TV dan telepon atau tidak,” kata Siram. Maksudnya agar wisatawan tetap bisa tenang di Pemuteran. Bagi Rachel dan Becky, dua warga Inggris yang sedang liburan di Pemuteran tersebut, mereka pilih tidak ada TV. Mereka lebih suka membaca daripada hiruk pikuk kegiatan wisata lain.

Taman Sari, salah satu cottage misalnya menyediakan halaman luas untuk pondok penginapannya. Setiap pondok berisi dua kamar. Antar pondok berjarak sekitar sepuluh meter. “Itu semata demi ketenangan masing-masing tamu,” kata I Gusti Agung Prana, pemilik Taman Sari Cottages. Hal ini menurut Agung Prana karena tidak sedikit tamu yang berkunjung ke pemuteran berniat untuk melakukan meditasi.

Meditasi memang jadi pilihan tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Pemuteran. Agung Prana mengaku sering mengajak temannya untuk meditasi ke Pemuteran. Salah satu teman tersebut adalah Moerdiono, mantan Menteri Sekretaris Negara Indonesia. Menurut Prana, biasanya yang datang ke untuk bermeditasi di Pemuteran memang kalangan yang sudah pensiun atau pejabat yang sudah mendekati pensiun. “Mungkin karena pada umur segitu, secara naluriah mereka akan menyukaihal-hal yang menenangkan,” kata Gung Prana.

Selain meditasi di kamar, Anda yang suka hal-hal berbau spiritual juga bisa melakukan perjalanan ke beberapa tempat sembahyang umat Hindu di daerah ini. Namun umat lain juga ada yang datang ke Pura Pulaki dan Pura Melanting. Jaraknya hanya sekitar 10 km dari Pemuteran.

Nah, hal lain dari pada yang lain dan tidak mungkin Anda temui di daerah lain adalah pemandangan bawah laut Pemuteran. Di Pemuteran, sejak tahun 2000 yang lalu tengah berlangsung proyek rehabilitasi terumbu karang oleh warga setempat yang membentuk Kelompok Karang Letari. Kelompok ini melakukan rehabilitasi terumbu karang dengan teknik baru. Caranya dengan mengalirkan listrik bertegangan rendah pada kerangka rumpon (bronjong) di bawah dasar laut.

Rumpon sebanyak 22 buah itu ditenggelamkan pada kedalaman sekitar 7-12 meter. Dari garis pantai sekitar 10 meter. Sebarannya sejajar mengikuti garis pantai. Bentuknya variatif. Ada berbentuk setengah bola, mangkok, lorong karang, piramida, dan bumbung. Di rumpon-rumpon itu, tidak hanya terumbu karang yang melambai-lambai. Ribuan ikan dengan berbagai jenis dengan tenangnya diam pada ruang-ruang rumpon itu. ikan ini pun bermacam-macam. Ada yang mirip tongkol dan selalu bergerombol dalam jumlah ribuan. Gerakan mereka melingkar. Jadinya mirip bola berjalan dengan diameter sekitar 10 meter. Ada juga ikan kecil-kecil pipih yang berwarna biru menyala mirip neon. Biasanya mereka berjalan sendiri-sendiri. Dan, masih banyak jenis ikan yang lain.

Keindahan terumbu karangnya pun menakjubkan. Menurut salah satu buku diving, Pemuteran memiliki 80% jenis terumbu karang yang ada di Indonesia. Bentuknya macam-macam. Ada yang berbentuk mirip jamur dan berwarna kuning. Bentuknya pipih dan melambai-lambai karena arus air. Ada juga yang berwarna kemerahan menyala. Juga ada yang biru dengan bentuk bulat-bulat. Keindahan bawah laut ini bahkan membuat organisasi pariwisata bawah laut dunia SKAL memberikan penghargaan kepada Pemuteran sebagai wisata bawah laut terindah di dunia pada November tahun lalu.

Untuk datang ke tempat ini, Anda bisa berangkat bersama travel agen atau datang sendiri untuk kemudian menginap di beberapa cottage di sana. Hanya memang harganya relatif lebih mahal dibandingkan tempat lain. Sekitar Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per malam. Rasanya wajar untuk wisata yang berkualitas. Tapi kalau hanya untuk menikmati pantai tanpa menginap, Anda bisa menginap di daerah Lovina, salah satu pusat wisata di Bali utara. Di Lovina, Anda bisa mencari hotel yang harga paling muranya bisa sekitar Rp 80.000 per malam termasuk sarapan. Jarak Pemuteran dari Lovina hanya sekitar 30 km. Biasanya turis dari Jepang dan Taiwan yang lebih suka melakukan hal seperti ini.

Mereka biasanya datang ke Pemuteran pada pagi hari sekitar pukul 07.00 wita. Selain karena sinar matahari belum panas, pada jam segitu juga bagus untuk diving karena arusnya belum keras. Namun, karena lokasinya yang dangkal dan dekat dengan garis pantai, Anda yang tidak bisa menyelam (diving) pun bisa menikmatinya dengan snorkeling. Di sekitar pantai ada beberapa tempat penyewaan alat snorkling. Harganya tergolong murah hanya sekitar Rp 25.000. Setelah itu siapkan snorkel (alat bantu pernapasan), fin (sepatu katak), dan baju apung. Anda tinggal menggerakkan kaki naik turun, dan menikmati ketenangan bawah laut Pemuteran....
Category:
��

Comments

0 responses to "Wisata di Desa Pemuteran"